Apa kesan Anda ketika melihat gambar tersebut
diatas? Di sebelah kiri, sebuah freezer yang penuh dengan produk es krim tetapi
tidak tertata dengan rapi. Sementara, di sebelah kanan, terlihat freezer yang
sama sekali tidak berisi produk es krim. Bayangkan, jika Anda dari rumah sudah
merencanakan hendak membeli es krim Campina dan mendapati freezer merek es krim
kesayangan Anda seperti terlihat diatas, sudah tentu Anda akan membatalkan niat
Anda tersebut. Dan, dalam jangka panjang mungkin akan merubah persepsi Anda
terhadap es krim Campina sehingga di lain waktu Anda akan tetap enggan untuk
mengkonsumsi merek tersebut.
Sudah seharusnya, es krim
Campina tersebut ditata rapi sedemikian rupa sehingga memberikan kesan positif
tentang brand tersebut, Campina, kepada konsumennya, seperti contoh berikut:
Penataan produk yang rapi dan atraktif akan membuat konsumen tertarik untuk
mendekati freezer Campina, melihat isi freezer tersebut, dan membeli es krim
Campina yang sesuai dengan selera konsumen. Hipotesa tersebut ditunjang oleh
adanya fakta bahwa sebanyak 80% konsumen melakukan pengambilan keputusan untuk
membeli produk di area point of purchase (dapat
dibaca lebih lanjut di “POP Management in Consumer Goods”). Selain itu, juga
ada asumsi di profesional yang berkecimpung di dunia frozen foods bahwa produk es krim merupakan produk impulse buying, konsumen melakukan
pembelian tanpa direncanakan sebelumnya. Ini menjadi dasar pentingnya aktivitas
merchandising.
“In the broadest sense, merchandising is any practice which
contributes to the sale of products to a retail consumer. At a retail in-store
level, merchandising refers to the variety of products available for sale and
the display of those products in such a way that it stimulates interest and
entices customers to make a purchase”.
(Wikipedia, 2013).
Menurut penulis, Merchandising
adalah aktivitas memastikan
ketersediaan produk (produk untuk didisplay dan buffer stock, khususnya produk fast
moving), memajang produk semenarik
mungkin sesuai dengan planogram yang
sudah direncanakan (dengan sistem FIFO) dan memajang point of sales material, jika ada, di area pajangan produk. Dengan merchandising, perusahaan consumer
goods akan memberikan pengalaman kepada para konsumennya. Pengalaman
tersebut berupa melihat kemasan produk / brand perusahaan tersebut, melihat
harga dari produk tersebut, bisa murah atau mahal (sesuai dengan positioning
produk tersebut), atau juga meraba dan merasakan produk tersebut. Pada sebagian
perusahaan, pengalaman tersebut dapat meliputi mencoba produk tersebut, seperti
pada produk ponsel. Diharapkan, dengan memberikan pengalaman, dapat terjadi bond (keterikatan) antara konsumen dengan
brand tersebut, dan dalam jangka panjang
diharapkan adanya loyalitas konsumen yang dapat berimbas pada selling out produk/brand tersebut. (ARD).
Referensi
Wenats et al. 2012. Integrated Marketing Communications: Komunikasi Pemasaran di Indonesia,
Success Story. PT.Gramedia Pustaka Utama
Wikipedia.
The Free Encyclopedia. 2013. Merchandising. http://en.wikipedia.org/wiki/Merchandising, diakses 7 November 2013
No comments:
Post a Comment