Brand is the name, term, design, symbol, or
any other feature that identifies one seller's product distinct from those of
other sellers. <http://en.wikipedia.org/wiki/Brand>
(30 Sep 2013). Brand atau merek dapat
kita sebut pelabelan, sehingga memiliki kekuatan untuk membantu penjualan. Merek
yang memiliki brand equity yang lebih
tinggi dibanding para pesaingnya akan lebih mudah diserap oleh pasar, dan tentu
saja kekuatan merek tersebut tidak dibangun dalam waktu yang sekejap. Di
Indonesia, terdapat fenomena menarik terkait kekuatan merek dalam kategori air
minum dalam kemasan. Konsumen, acapkali menyebutkan sebuah merek air minum
dalam kemasan yang menjadi TOM (Top of Mind), yaitu AQUA, ketika membeli
produk sejenis meskipun yang dibeli bukan merek tersebut, seperti CLUB, CHEERS,
dsb. Hal ini terjadi dikarenakan AQUA, merupakan pionir dalam kategori produk
air minum dalam kemasan di Indonesia, memiliki brand perception yang diasosiasi positif oleh konsumen Indonesia.
Dengan kata lain, AQUA, diyakini akan memberikan kepuasan yang lebih bagi
konsumen dibanding produk dengan merek yang lain.
Berbagai upaya reinforce
product dilakukan oleh perusahaan manufaktur, dalam hal ini, perusahaan consumer goods, untuk meningkatkan brand equity mereka, agar dapat menjadi
TOM bagi konsumen yang disasar. Sebelum membahas upaya – upaya tersebut,
terlebih dahulu kita kategorikan dan klasifikasikan brand atau merek. Straub dan Attner dalam Soemanagara (2008)
membedakan brand menjadi tiga
kelompok yaitu:
3. Karakter (a trade character) merupakan sebuah lambang, bisa hewan atau yang lain yang menunjukkan kualitas manusia, contoh sebagai berikut
Selanjutnya, merek dapat dibedakan berdasarkan cakupan pasar yang dimilikinya. Tingkat pertama, merek lokal atau merek nasional, merupakan awal kemunculan merek yang pertama kali menguasai pasar dalam lingkup lokal atau nasional. Ciri khas dari sebuah merek nasional adalah:
1. Nama (a brand name) merupakan bentuk kata, huruf atau gabungan keduanya,
digunakan untuk memberikan ciri khas, contoh sebagai berikut
2. Tanda (a brand mark) merupakan sebuah symbol atau disain yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya, contoh sebagai berikut
2. Tanda (a brand mark) merupakan sebuah symbol atau disain yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya, contoh sebagai berikut
3. Karakter (a trade character) merupakan sebuah lambang, bisa hewan atau yang lain yang menunjukkan kualitas manusia, contoh sebagai berikut
Selanjutnya, merek dapat dibedakan berdasarkan cakupan pasar yang dimilikinya. Tingkat pertama, merek lokal atau merek nasional, merupakan awal kemunculan merek yang pertama kali menguasai pasar dalam lingkup lokal atau nasional. Ciri khas dari sebuah merek nasional adalah:
- Produk tersebut terdistribusi di seluruh wilayah hingga ke pelosok pedesaan dalam sebuah negara
- Promosi menggunakan media massa dengan jangkauan nasional
- Memiliki pusat layanan servis bagi konsumen di seluruh kota
- Merek tersebut mudah dikenal dan diidentifikasi oleh konsumen diantara para pesaingnya
- Merek tersebut memiliki sejarah positif terkait kualitas dan layanan produk
Tingkat kedua
adalah merek regional dan domestik yang memiliki cakupan pasar di kawasan
regional, di kawasan Asia misalnya. Mayoritas merek produk Jepang dapat
dikategorikan sebagai merek regional. Selanjutnya,
tingkat ketiga, merek internasional adalah merek yang mengusai pasar dunia.
Dalam tingkatan ini kita akan mengenal berbagai merek, seperti Coca Cola
dipasar beverages, Microsoft dipasar
perangkat lunak komputer, dsb. Merek internasional tersebut secara berkala
melakukan campaign untuk memposisikan
produk mereka dalam klasifikasi merek internasional. Secara menyeluruh, kinerja
dan prestasi produk yang tergolong merek internasional sangat tergantung pada
ketepatan dan kecepatan dalam hal distribusi, jaringan pasar, promosi dan
advertising yang saling terintegrasi.
Kampanye merek atau brand campaign atau
kampanye merek adalah sebuah usaha untuk memperkuat posisi merek dalam benak
konsumen dilakukan dengan cara meningkatkan equity
dari merek tersebut. Kesuksesan
yang diraih oleh usaha kampanye ini didasarkan atas kemampuan Departemen marketing dan Departemen sales and distribution (SND) dalam
berkoordinasi dan menentukan strategi promosi dan distribusi produk secara
simultan. Acapkali terjadi Departemen marketing
melakukan kampanye merek terintegrasi ke seluruh pelosok daerah di
Indonesia, tetapi tidak diimbangi oleh distribusi produk yang merata ke daerah
– daerah tersebut, sehingga selling out tidak
maksimal. Atau sebaliknya, Departemen SND sudah melakukan upaya selling in ke berbagai pelosok daerah,
tetapi tidak dimbangi dengan kampanye yang terintegrasi atau mungkin pemilihan
media yang kurang tepat sasaran, sehingga tidak terjadi tarikan yang besar, dan
produk dengan merek tersebut hanya menumpuk di gudang distributor dan toko. Ini
membuktikan bahwa untuk meningkatkan brand
equity diperlukan perencanaan kampanye merek yang matang. Terdapat jenjang
atau tahapan penting dalam mengkampanyekan sebuah merek, yaitu:
Brand Recognition → Brand
Preference → Brand
Insistence → Lovely
Brand / Brand Satisfy
Pada
tahapan brand recognition, sebuah
merek memasuki tahapan pengenalan produk baru menjadi produk yang familiar di
mata konsumen. Setiap kali kampanye merek dilakukan, harus dengan tema yang
sama dan dilakukan secara terus menerus sehingga merek tersebut mudah diingat
oleh konsumen. Penciptaan brand
personality menjadi isu penting dalam tahapan ini. Layaknya seorang
manusia, dimana perilakunya akan mempengaruhi persepsi orang lain terhadap
kepribadiannya, begitu juga halnya dengan tindakan sebuah merek, yang dapat
mempengaruhi bagaimana persepsi konsumen terhadap kepribadian merek tersebut.
Tabel berikut menggambarkan contoh perilaku merek (brand behavior) serta personality
trait yang akan dipersepsi oleh konsumen,
Tahap
selanjutnya adalah brand preference. Sebuah
merek dalam tahapan ini adalah dimana konsumen telah melewati sejumlah
pengalaman menggunakan merek produk yang ia pilih dari berbagai pengalaman
produk sejenis atau pesaing yang ada disekitarnya. Dengan adanya fenomena
preferensi yang dimiliki oleh konsumen, perusahaan consumer goods melakukan berbagai upaya agar konsumen tidak beralih
ke produk pesaing, diantaranya melakukan inovasi produk, meningkatkan kualitas
dan tampilan atau kemasan produk tersebut.
Pada
tahapan ini, brand insistance, terjadi
ketika konsumen melakukan pengambilan keputusan secara bulat untuk mengkonsumsi
produk dengan merek yang sama untuk kesekian kalinya. Konsumen lebih banyak
mengenal kelebihan produk ini dibanding produk lainnya, dan mereka merasa aman
untuk mengkonsumsinya berulang kali. Dan tahapan terakhir adalah lovely brand.
Dalam
tahapan tertinggi, lovely brand,
konsumen benar – benar merasa puas terhadap pengalaman yang dialami berulang –
ulang dari penggunaan satu atau beberapa produk dalam merek yang sama. Konsumen
seperti ini cukup banyak. Jika kita bertanya pada setiap orang, yang tergolong
konsumen dalam tahapan ini, produk atau merek apa yang menurut mereka paling
disukai dan tiada bandingnya, mereka dengan cepat akan menjawab satu merek
tertentu. Ini membuktikan bahwa merek tersebut sudah menjadi top of mind di benak konsumen.
Dari
uraian diatas, Kita dapat menyimpulkan bahwa merek (brand)
berperan sebagai value indicator bagi
seluruh stakeholder perusahaan (konsumen, karyawan, serta investor). Konsumen cenderung akan memilih produk dengan merek yang
lebih terkenal. Karyawan juga cenderung lebih senang bekerja di perusahaan yang
memiliki merek / reputasi baik. Demikian pula, investor pun akan
mempertimbangkan merek perusahaan dalam melakukan investasi. (ARD)
Referensi
Soemanagara, Rd.
Strategic
Marketing Communication: Konsep Strategis dan Terapan.
ALFABETA, 2008
Tim MarkPlus. The Official MIM Academy Coursebook: Brand Operation. ESENSI, 2010
No comments:
Post a Comment